Kamis, 07 November 2013

REVIEW JURNAL : SIKAP ETIS AKUNTAN DAN PENGGUNA JASA AKUNTAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

SIKAP ETIS AKUNTAN
DAN PENGGUNA JASA AKUNTAN
TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA
Oleh :
Warsito Ka wedar
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Pendahuluan
Dilihat dan perspektif etika, manajemen laba merupakan salah satu masalah penting dalam dunia bisnis yang kontroversional. Pelaksanaan aktivitas manajemen laba menimbulkan pertanyaan mengenai etika bagi manajemen sebab memiliki pengaruh negatif pada manajer dan perusahaannya (Burns dan Merchant, 1990). Namun, sikap The National Commission on Fraudulent Financial Reporting di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa aktivitas manajemen laba dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan kadangkala merupakan indikasi terjadinya tindakan ilegal yang serius dalam laporan keuangan dan aktivitas ini berarti pelanggaran terhadap kepercayaan masyarakat (Fischer dan Rosenzweig, 1995; Kaplan, 2001). Namun demikian, Healy (1985) dan Angelo (1988) memberikan bukti ternyata banyak manajer yang melakukan praktik manajemen laba.
Pada tahun 1986 the American Accounting Association (AAA) melalui Bedford Committee telah menekankan perlunya memasukkan studi mengenai persoalanpersoalan etis (ethical issues) dalam pendidikan akuntansi (McNair dan Milam, 1993). Selain itu the National Commission on Fraudulent Financial Reporting melalui Treadway Commission (1987) merekomendasikan untuk lebih diperluasnya cakupan etika dalam pendidikan akuntansi (Fischer dan Rosenzweig, 1995). Kerr dan Smith. (1995) menyatakan bahwa perilaku etis dan pendidikan merupakan hal yang kritis dalam masyarakat modern, dunia bisnis, dan profesi akuntansi. Ketika perilaku etis hilang dari dalam diri akuntan maka kredibilitas profesi akuntansi dalam bahaya.

Identifikasi Masalah
Banyak orang beranggapan bahwa manajemen laba merupakan tindakan buruk karena cenderung mereduksi reliabilitas informasi laporan keuangan, karena manajemen memiliki inside information yang bagi pihak luar sangat sulit diketahui maka memaksimalkan keuntungan dan angka laba bersih dengan tanpa merugikan pihak luar, adalah perilaku yang hampir ada. Masalahnya adalah tidak diberikan pengungkapan yang transparan secara menyeluruh tentang proses dan pertimbangan dalam menentukan laba, akibatnya, laporan keuangan dianggap masih memiliki keterbatasan mendasar sehingga belum memadai untuk dipakai dalam proses pengambilan keputusan, misalnya investasi (Salno, 1998).
Bruns dan Merchant (1990) melakukan survei atas sikap etis para manajer terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa:
  1. Praktik manajemen laba dengan memilih metoda akuntansi secara signifikan menunjukkan lebih tidak bisa diterima secara etika dibandingkan dengan cara mengubah atau memanipulasi prosedur atau keputusan operasi.
  2. Menaikkan laba lebih tidak bisa diterima dan segi etika dibandingkan dengan menurunkan laba.
  3. Materialitas berpengaruh terhadap ethical judgment. Jika laba yang dimanipulasi jumlahnya kecil maka praktik ini bisa diterima secara etika dibandingkan dengan yang jumlahnya besar.
  4. Dampak terhadap perioda waktu berpengaruh terhadap ethical judgment. Praktik manajemen laba yang dilakukan pada akhir kuartal lebih bisa diterima secara etika dibandingkan dengan yang dilakukan pada akhir tahun.
  5. Metoda yang digunakan dalam manajemen laba juga berpengaruh terhadap ethical judgment. Menaikkan profit dengan cara memperpanjang masa kredit lebih tidak bisa diterima secara etika dibandingkan dengan cara menjual asset yang berlebih dan memberlakukan jam lembur untuk meningkatkan penjualan.
Hipotesis
Berdasar hasil telaah literatur tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa hipotesis nol (null hypotheses) sebagai berikut:
Ho 1 : Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah praktik tersebut menggunakan operating method atau accounting method.
Ho2: Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau tidak sesuai.
Ho3: Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah praktik tersebut menaikkan atau menurunkan laba.
Ho4:Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah laba yang dimanipulasi jumlahnya material atau tidak material.
Ho5: Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah praktik tersebut dilakukan pada akhir kuartal atau akhir tahun.
Ho6: Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba apakah praktik tersebut untuk kepentingan jangka panjang perusahaan atau untuk kepentingan individu manajer.
Metode Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode survey dengan sampel 74 orang akuntan dan 69 orang pengguna jasa akuntan yang bekerja di kota Semarang dan Yogyakarta. Data diperoleh dengan cara meminta responden untuk mengisi kuesioner yang diberikan kepada mereka. Responden diminta memberikan sikap etis mereka atas praktik manajemen laba yang diskenariokan dalam kuesioner dengan menggunakan skala 1 (etis) sampai 5 (tidak etis). Alasan memilih akuntan karena pekerjaan mereka sangat berhubungan langsung dengan praktik manajemen laba. Sedangkan untuk kelompok pengguna jasa akuntan terdiri dari manajer, analis kredit, pegawai yanibbkerja di bidang keuangan, mahasiswa akuntansi strata satu dan strata dua. Pemahaman tersebut diperlukan untuk menjamin bahwa mereka memahami skenario yang dipaparkan dalam kuesioner sehingga jawaban mereka tidak asal-asalan.
Berdasar data yang diperoleh dari jawaban atas 17 skenario dalam penelitian ini, peneliti akan menguji hipotegs yang dirumuskan. Hipotesis dan item-item pengujiannya disajikan dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Item-item kuisioner dan dimesi-dimensi yang diuji


Analisis Data dan Hasil
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan adalah t-test dengan dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebelum dilakukan uji hipotesis, data diuji dulu validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan uji.korelasi product moment antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan melihat cronbach alpha coefficient.
Statistik Deskriptif
Tabel 2 berikut ini menunjukkan rata-rata skor dan deviasi standar dari 143 responden pada setiap skenario.

Dari data dalam tabel 2 dapat disimpulkan bahwa, pertama tidak ada kesamaan penilaian terhadap item-item kuesioner. Kedua, adannya kisaran yang lebar dan deviasi standar yang cukup tinggi untuk semua skenario menunjukkan bahwa responden tidak memiliki kesepakatan dalam memberikan sikapnya.
Uji Reliabilitas dan Validitas
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk seluruh skenario manajemen laba adalah 0,788 yang berarti instrumen yang digunakan dapat disimpulkan reliabel.
Sementara itu uji validitas dilakukan untuk menguji sah atau valid tidaknya suatu instrumen mengukur suatu konsep yang seharusnya diukur. Pengujian ini untuk melihat apakah (1) dimensi-dimensi yang ada dalam kuesioner tersebut benar-benar merupakan bagian dimensi manajemen laba dan (2) untuk melihat dimensi mana yang mempunyai korelasi paling besar atau paling kecil dengan praktik manajemen laba.

Dan pengujian yang sudah dilakukan didapatkan hasil seperti dalam tabel 3. Dan tabel tersebut dapat diketahui bahwa:
  1. Dimensi yang paling kuat adalah dimensi tipe manajemen laba (r = 1,000), hal ini disebabkan semua skenario masuk ke dalam dimensi tersebut. Sedangkan dimensi yang mempunyai korelasi paling kecil adalah tujuan (r = 0,558).
  2. Dimensi yang dianggap paling etis adalah melakukan manajemen laba dengan menggunakan metode operasi (2,513) dan yang dianggap paling tidak etis adalah melakukan manajemen laba dalam jumlah yang material (3,727).
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis tentang sikap etis antara antara akuntan dan non akuntan terhadap praktik manajemen laba dilakukan dengan uji paired samples t-test seperti yang tersaji dalam tabel 4.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:
  1. Tidak ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba antara pemakaian metode akuntansi atau metode operasi. Dengan demikian sikap etis antara kedua kelompok tersebut terhadap praktik manjemen laba tidak dipengaruhi oleh tipe manajemen laba. Kedua kelompok juga sepakat bahwa praktik manajemen laba dengan metode akuntansi clinilai tidak etis dibanding dengan metode operasi.
  2. Ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba antara yang konsisten dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau tidak konsisten dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Artinya, sikap etis antara kedua kelompok tersebut terhadap praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konsistensi atau inkonsistensi dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
  3. Ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan laba.
  4. Ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan penggtina jasa akuntan antara praktik manajemen laba dalam jumlah yang material dan tidak material. Dengan demikian materilitas laba yang dimanipulasi berpengaruh terhadap sikap etis kedua kelompok responden tersebut. Praktik manajemen laba dalam jumlah yang material merupakan tindakan yang paling tidak etis.
  5. Ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan pada akhir kuartal atau akhir tahun. Hal ini berarti periode efek yang ditimbulkan oleh manajemen laba berpengaruh terhadap sikap etis kedua responden tersebut. Manajemen laba yang dilakukan pada akhir tahun dinilai lebih tidak etis dibanding dengan manajemen laba yang dilakukan pada akhir kuartal.
  6. Tidak ada perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba baik untuk kepentingan jangka panjang perusahaan atau untuk kepentingan individu manajer. Hal ini berarti, apakah manajemen laba tersebut dilakukan untuk kepentingan jangka panjang perusahaan atau untuk kepentingan pribadi manajemen tidak mempengaruhi sikap etis akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba. Manajemen laba yang dilakukan untuk tujuan kepentingan individu manajemen dinilai lebih tidak etis disbanding dengan manajemen laba yang dilakukan untuk tujuan kepentingan jangka panjang perusahaan.
Secara keseluruhan, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok responden tersebut tidak sepakat atas semua dimensi praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitiannya Merchant dan Rockness (1994) yang menyatakan bahwa pasangan kelompok responden (general managers vs corporate staff, general managers vs controllers, corporate staff vs vs controllers, dan corporate staff vs auditors) mempunyai persamaan sikap etis terhadap praktik manajemen laba sedangkan pasangan kerompok responden (general managers vs auditors dan controllers vs auditors) mempunyai perbedaan sikap etis terhadap praktik manajemen laba.
Kesimpulan
Penelitian ini menguji sikap etis antara akuntan dengan non akuntan atas praktik manajemen laba. Dalam pengujian sikap etis tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan dari berbagai dimensi praktik manajemen laba yaitu: tipe manajemen laba, konsistensi terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum, arah manajemen laba, materialitas laba, periode akibat, dan tujuan manajemen laba. Berdasarkan uji-t yang sudah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
  1. Ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap dimensi konsistensi terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum, arah manajemen laba, materialitas laba, dan periode akibat dalam praktik manajemen laba
  2. Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap dimensi tipe manajemen laba dan tujuan dalam praktik manajemen laba.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar