SIKAP
ETIS AKUNTAN
DAN
PENGGUNA JASA AKUNTAN
TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA
Oleh :
Warsito Ka wedar
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Pendahuluan
Dilihat dan perspektif etika, manajemen laba
merupakan salah satu masalah penting dalam dunia bisnis yang kontroversional. Pelaksanaan
aktivitas manajemen laba menimbulkan pertanyaan mengenai etika bagi manajemen
sebab memiliki pengaruh negatif pada manajer dan perusahaannya (Burns dan
Merchant, 1990). Namun, sikap The National Commission on Fraudulent
Financial Reporting di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa aktivitas
manajemen laba dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan kadangkala
merupakan indikasi terjadinya tindakan ilegal yang serius dalam laporan
keuangan dan aktivitas ini berarti pelanggaran terhadap kepercayaan masyarakat
(Fischer dan Rosenzweig, 1995; Kaplan, 2001). Namun demikian, Healy (1985) dan
Angelo (1988) memberikan bukti ternyata banyak manajer yang melakukan praktik
manajemen laba.
Pada tahun 1986 the American Accounting
Association (AAA) melalui Bedford Committee telah menekankan
perlunya memasukkan studi mengenai persoalanpersoalan etis (ethical issues) dalam
pendidikan akuntansi (McNair dan Milam, 1993). Selain itu the National
Commission on Fraudulent Financial Reporting melalui Treadway Commission
(1987) merekomendasikan untuk lebih diperluasnya cakupan etika dalam
pendidikan akuntansi (Fischer dan Rosenzweig, 1995). Kerr dan Smith. (1995)
menyatakan bahwa perilaku etis dan pendidikan merupakan hal yang kritis dalam masyarakat
modern, dunia bisnis, dan profesi akuntansi. Ketika perilaku etis hilang dari dalam
diri akuntan maka kredibilitas profesi akuntansi dalam bahaya.
Identifikasi
Masalah
Banyak orang beranggapan
bahwa manajemen laba merupakan tindakan buruk karena cenderung mereduksi
reliabilitas informasi laporan keuangan, karena manajemen memiliki inside information yang bagi pihak luar
sangat sulit diketahui maka memaksimalkan keuntungan dan angka laba bersih dengan
tanpa merugikan pihak luar, adalah perilaku yang hampir ada. Masalahnya adalah
tidak diberikan pengungkapan yang transparan secara menyeluruh tentang proses dan
pertimbangan dalam menentukan laba, akibatnya, laporan keuangan dianggap masih
memiliki keterbatasan mendasar sehingga belum memadai untuk dipakai dalam
proses pengambilan keputusan, misalnya investasi (Salno, 1998).
Bruns dan Merchant (1990)
melakukan survei atas sikap etis para manajer terhadap praktik manajemen laba.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa:
- Praktik manajemen laba dengan memilih metoda akuntansi secara
signifikan menunjukkan lebih tidak bisa diterima secara etika dibandingkan
dengan cara mengubah atau memanipulasi prosedur atau keputusan operasi.
- Menaikkan laba lebih tidak bisa diterima dan segi etika dibandingkan
dengan menurunkan laba.
- Materialitas berpengaruh terhadap ethical
judgment. Jika laba yang dimanipulasi jumlahnya kecil maka praktik ini bisa
diterima secara etika dibandingkan dengan yang jumlahnya besar.
- Dampak
terhadap perioda waktu berpengaruh terhadap ethical judgment. Praktik
manajemen laba yang dilakukan pada akhir kuartal lebih bisa diterima secara
etika dibandingkan dengan yang dilakukan pada akhir tahun.
- Metoda yang
digunakan dalam manajemen laba juga berpengaruh terhadap ethical
judgment. Menaikkan profit dengan cara memperpanjang masa kredit lebih
tidak bisa diterima secara etika dibandingkan dengan cara menjual asset yang
berlebih dan memberlakukan jam lembur untuk meningkatkan penjualan.
Hipotesis
Berdasar
hasil telaah literatur tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa
hipotesis nol (null hypotheses) sebagai berikut:
Ho
1 : Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah praktik tersebut menggunakan operating method atau
accounting method.
Ho2:
Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum atau tidak sesuai.
Ho3:
Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah praktik tersebut menaikkan atau menurunkan laba.
Ho4:Tidak
ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah laba yang dimanipulasi jumlahnya material atau
tidak material.
Ho5:
Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah praktik tersebut dilakukan pada akhir kuartal
atau akhir tahun.
Ho6:
Tidak ada perbedaan sikap etis antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap
praktik manajemen laba apakah praktik tersebut untuk kepentingan jangka panjang
perusahaan atau untuk kepentingan individu manajer.
Metode Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
metode survey dengan sampel 74 orang akuntan dan 69 orang pengguna jasa akuntan
yang bekerja di kota Semarang dan Yogyakarta. Data diperoleh dengan cara
meminta responden untuk mengisi kuesioner yang diberikan kepada mereka. Responden
diminta memberikan sikap etis mereka atas praktik manajemen laba yang diskenariokan
dalam kuesioner dengan menggunakan skala 1 (etis) sampai 5 (tidak etis). Alasan
memilih akuntan karena pekerjaan mereka sangat berhubungan langsung dengan
praktik manajemen laba. Sedangkan untuk kelompok pengguna jasa akuntan terdiri
dari manajer, analis kredit, pegawai yanibbkerja di bidang keuangan, mahasiswa
akuntansi strata satu dan strata dua. Pemahaman tersebut diperlukan untuk
menjamin bahwa mereka memahami skenario yang dipaparkan dalam kuesioner
sehingga jawaban mereka tidak asal-asalan.
Berdasar data yang diperoleh dari jawaban atas 17
skenario dalam penelitian ini, peneliti akan menguji hipotegs yang
dirumuskan. Hipotesis dan item-item pengujiannya disajikan dalam tabel 1
berikut ini :
Tabel 1
Item-item kuisioner dan dimesi-dimensi
yang diuji
Analisis
Data dan Hasil
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
yang sudah dirumuskan adalah t-test dengan dengan tingkat kepercayaan
95%. Sebelum dilakukan uji hipotesis, data diuji dulu validitas dan
reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan uji.korelasi product moment
antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total. Sedangkan uji reliabilitas
dilakukan dengan melihat cronbach alpha coefficient.
Statistik Deskriptif
Tabel 2 berikut ini menunjukkan rata-rata skor dan
deviasi standar dari 143 responden pada setiap skenario.
Dari data dalam tabel 2 dapat disimpulkan bahwa,
pertama tidak ada kesamaan penilaian terhadap item-item kuesioner. Kedua,
adannya kisaran yang lebar dan deviasi standar yang cukup tinggi untuk semua
skenario menunjukkan bahwa responden tidak memiliki kesepakatan dalam
memberikan sikapnya.
Uji Reliabilitas dan Validitas
Hasil
penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk seluruh skenario
manajemen laba adalah 0,788 yang berarti instrumen yang digunakan dapat
disimpulkan reliabel.
Sementara itu uji validitas dilakukan untuk menguji
sah atau valid tidaknya suatu instrumen mengukur suatu konsep yang seharusnya
diukur. Pengujian ini untuk melihat apakah (1) dimensi-dimensi yang ada dalam
kuesioner tersebut benar-benar merupakan bagian dimensi manajemen laba dan (2)
untuk melihat dimensi mana yang mempunyai korelasi paling besar atau paling
kecil dengan praktik manajemen laba.
Dan
pengujian yang sudah dilakukan didapatkan hasil seperti dalam tabel 3. Dan tabel
tersebut dapat diketahui bahwa:
- Dimensi yang paling kuat adalah
dimensi tipe manajemen laba (r = 1,000), hal ini disebabkan semua skenario
masuk ke dalam dimensi tersebut. Sedangkan dimensi yang mempunyai korelasi
paling kecil adalah tujuan (r = 0,558).
- Dimensi yang dianggap paling etis
adalah melakukan manajemen laba dengan menggunakan metode operasi (2,513)
dan yang dianggap paling tidak etis adalah melakukan manajemen laba dalam
jumlah yang material (3,727).
Uji Hipotesis
Untuk
menguji hipotesis tentang sikap etis antara antara akuntan dan non akuntan
terhadap praktik manajemen laba dilakukan dengan uji paired samples t-test
seperti yang tersaji dalam tabel 4.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:
- Tidak ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa
akuntan terhadap praktik manajemen laba antara pemakaian metode akuntansi
atau metode operasi. Dengan demikian sikap etis antara kedua kelompok
tersebut terhadap praktik manjemen laba tidak dipengaruhi oleh tipe manajemen
laba. Kedua kelompok juga sepakat bahwa praktik manajemen laba dengan
metode akuntansi clinilai tidak etis dibanding dengan metode operasi.
- Ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan
terhadap praktik manajemen laba antara yang konsisten dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum atau tidak konsisten dengan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum. Artinya, sikap etis antara kedua kelompok tersebut terhadap praktik
manajemen laba dipengaruhi oleh konsistensi atau inkonsistensi dengan Prinsip
Akuntansi Berterima Umum.
- Ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan
terhadap praktik manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan laba.
- Ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan penggtina jasa akuntan
antara praktik manajemen laba dalam jumlah yang material dan tidak material.
Dengan demikian materilitas laba yang dimanipulasi berpengaruh terhadap
sikap etis kedua kelompok responden tersebut. Praktik manajemen laba dalam
jumlah yang material merupakan tindakan yang paling tidak etis.
- Ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa akuntan
terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan pada akhir kuartal atau
akhir tahun. Hal ini berarti periode efek yang ditimbulkan oleh manajemen laba
berpengaruh terhadap sikap etis kedua responden tersebut. Manajemen laba
yang dilakukan pada akhir tahun dinilai lebih tidak etis dibanding dengan manajemen
laba yang dilakukan pada akhir kuartal.
- Tidak ada
perbedaan sikap etis yang signifikan antara akuntan dan pengguna jasa
akuntan terhadap praktik manajemen laba baik untuk kepentingan jangka panjang
perusahaan atau untuk kepentingan individu manajer. Hal ini berarti, apakah
manajemen laba tersebut dilakukan untuk kepentingan jangka panjang perusahaan
atau untuk kepentingan pribadi manajemen tidak mempengaruhi sikap etis
akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap praktik manajemen laba.
Manajemen laba yang dilakukan untuk tujuan kepentingan individu manajemen
dinilai lebih tidak etis disbanding dengan manajemen laba yang dilakukan untuk tujuan
kepentingan jangka panjang perusahaan.
Secara
keseluruhan, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok responden
tersebut tidak sepakat atas semua dimensi praktik manajemen laba. Hasil penelitian
ini mendukung penelitiannya Merchant dan Rockness (1994) yang menyatakan bahwa
pasangan kelompok responden (general managers vs corporate staff, general
managers vs controllers, corporate staff vs vs controllers, dan corporate
staff vs auditors) mempunyai persamaan sikap etis terhadap praktik
manajemen laba sedangkan pasangan kerompok responden (general managers vs
auditors dan controllers vs auditors) mempunyai perbedaan
sikap etis terhadap praktik manajemen laba.
Kesimpulan
Penelitian
ini menguji sikap etis antara akuntan dengan non akuntan atas praktik manajemen
laba. Dalam pengujian sikap etis tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan
dari berbagai dimensi praktik manajemen laba yaitu: tipe manajemen laba, konsistensi
terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum, arah manajemen laba, materialitas
laba, periode akibat, dan tujuan manajemen laba. Berdasarkan uji-t yang sudah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
- Ada perbedaan sikap etis antara
akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap dimensi konsistensi terhadap
prinsip akuntansi yang berterima umum, arah manajemen laba, materialitas
laba, dan periode akibat dalam praktik manajemen laba
- Tidak ada perbedaan sikap etis
antara akuntan dan pengguna jasa akuntan terhadap dimensi tipe manajemen
laba dan tujuan dalam praktik manajemen laba.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar