A. DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Perubahan harga khusus dimulai ketika harga barang atau jasa
tertentu berubah seiring naik turunnya permintaan dan penawaran. Inilah yang
menyebabkan tingkat rata-rata inflasi pertahun dari suatu negara mencapai 5%,
sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar sama dinegara itu meningkat
sebesar 50%.
Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir
semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui
para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan
praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33
mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu,
tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama.
Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam pendekatan
induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
B. DAFTAR ISTILAH AKUNTANSI INFLASI
- Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk
keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan
atribut suatu aktiva.
- Penyesuaian
biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
- Perubahan
dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik
tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
- Mekanisme
Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang
berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu
mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan
aktiva tersebut didanai melalui utang.
- Ekuivalensi
Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan
dalam tingkat harga umum.
- Laba
dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
- Mata
uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
- Keuntungan
kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
- Hiperinflasi.
Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam
suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
- Inflasi.
Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu
perkeonomian.
- Aktiva
Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti
kas atau piutang usaha.
- Keuntungan
Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena
terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
- Kewajiban
Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa
depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
- Kerugiaan
Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena
terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
- Penyesuaian
Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah
modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
- Jumlah
Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
- Aktiva
non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas
seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
- Penyesuaian
Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di
Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
- Kewajiban
non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas
tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
- Aktiva
Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
- Indeks
Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari
suatu keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan,
sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang
sama pada tahun dasar.
- Daya
Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan
jasa.
- Laba
Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
- Biaya
Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam
keadaan normal usaha.
- Mata
Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.
- Metode
nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan
mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi
disebuah lingkungan berinflasi.
- Fluktuatif.
Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang
dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
- Perubahan
Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti
persediaan atau peralatan.
- Metode
tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan
mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke
dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang
ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
C. LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI
POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya
akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya ( yang lebih tinggi ).
Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan
dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang
menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai
lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
- Kenaikan
dalam proporsi pajak
- Permintaan
deviden lebih banyak dari pemegang saham
- Permintaan
gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
- Tindakan
yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan
yang sangat besar )
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam
bentuk paja, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan
mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang
mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap
perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca
laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi
perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya
dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah ( yaitu daya
beli perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya
disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya
mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan
pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi.
Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan
daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan
dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama
periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi
100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai
daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca
laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit
berguana dilakukan karena :
- Pengaruh
perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang
dihadapi suatu perusahaan.
- Mengelola
masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang
akurat atas masalah tersebut.
- Laporan
dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan
hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi
keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna
karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat
signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama
bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta. Disamping itu,
sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi
signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.
D. JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
E. PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga
dalam bentuk Jumlah p1q1 / Jumlah p0q0 dimana
p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks
harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat
orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa
yang representive pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000
untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks
harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini
menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula
halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang
terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks
tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan
laju inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah
$20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang
dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir
periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL = indeks harga umum
c = periode
kini
td = tanggal
transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini
dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis.
Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru,
yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi semua dilakukan
secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan
barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan.
Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang
menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita
dapat menggunakan rumus berikut :
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan
perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama
suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga dibawah posisi
awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan tambahan oleh pemilik
selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional menghitung
laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa
mengurangi modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang
stabil maka perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih
perusahaan setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan
akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan
operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban
untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva
moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan daya
beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang
umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.
F. PENYESUAIAN BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Biaya Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan
harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini.
Pengukuran ini, yang disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan
tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model
tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba
dan aset bersih pada ekuivalen pada daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan
laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos
moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini
adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk
melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat
harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan
setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian
perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli
umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya
ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum
merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi
inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang
melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non
moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini
bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki
perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
disajikan ulang sebagai berikut :
- Persediaan: Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.
- Harga Pokok Penjualan: Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
- Aktiva Tetap: Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai dengan tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
- Depresiasi: Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.
- Penyajian ulang ekuitas pemegang saham: Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.
- Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham: Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
- Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter: Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
- Akumulasi hasil moneter ekuitas: Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
G. SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP
AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33
Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum
dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi )
untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan
biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk
pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan
untuk melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah
sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
- Pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
- Biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
- Pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak
mewajibkan, perusahaan pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya
beli tetap biaya historis maupun daya beli tetap biaya kini. Pedoman yang
diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping
sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut
untuk masing-masing dari 5 tahun terkini:
- Penjualan
bersih dan pendapatan operasi lainnya
- Laba
dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
- Keuntungan
atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
- Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang
lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi (
perubahan tingkat harga umum )
- Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi
- Aktiva
bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
- Laba
per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
- Deviden
per saham biasa
- Harga
pasar akhir tahun per lembar saham biasa
- Tingkat
Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang
digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang
diberikan dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau
diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk
menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda secara
signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan
lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang
disertakan dalam laporan keuangan konsolidasian perusahaan induk di Amerika
Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai mata uang fungsional untuk
mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif mata uang induk. Perusahaan
multi nasional yang menggunakan mata uang local sebagai mata uang fungsional
untuk sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan prespektif mata uang
local. FASB membolehkan perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji
ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya
kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik
dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.
INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard
Committee-ASC ) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16
( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi
Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda
dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
- Standar
AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
- Penyesuaian
inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan
penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis
- Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini
- Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan
informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan
angka-angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua
jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama
yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja moneter (MWCA), mengakui pengaruh
perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal kerja yang digunakan dalam
operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan
dampak perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya
penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti
beban penjualan barang dan penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui
biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak diperoleh lewat utang. Jika
diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh indeks harga khsus
(bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.
BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat
pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu, pendekatan yang dilakukan oleh brasil
terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini
mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, Undang-Undang perusahaan Brasil dan
Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan
undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah
Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang
terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan
pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang
digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal. Akun yang
disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya pengganti
kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang
saham diterima bersih, dan kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba
kini sebagai laba atau rugi koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham
(BRL275) merupakan jumlah yang mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham
diawal tahun, guna mengatasi inflasi. Penyesuaian aset permanen yang lebih
sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya beli, yang tercermin
dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal kerja.
H. BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
- Fakta
bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah
dilakukan
- Model
penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis
atau biaya kini)
- Identitas
dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama
tahun pelaporan
- Laba
atau rugi moneter bersih tahun berjalan
I. HAL-HAL TERKAIT
INFLASI
Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca
laporan yang disesuaikan dengan inflasi :
- Apakah
pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar tetap atau
biaya kini
- Perlakuan
akuntansi untuk laba dan rugi inflasi
- Akuntansi
inflasi asing
- Pengaruh
gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti
kas, utang, dan piutang) merupakan isu controversial. Survei yang dilakukan
terhadap praktik-praktik diberbagai negara menunjukkan keragaman yang penting
dalam hal ini.
Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan
dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir serta
transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk utang jangka
panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan
ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda
dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan
menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut
ditentukan melalui perubahan harga khusus ( dan bukan umum ). Mekanisme
penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada pemegang saham
berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka
ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba operasi biaya kini untuk
menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut sebagai “
Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan
aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan
dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, peyesuaian dan
penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli umum atas pendanaan
modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen
yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan
adanya sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli
diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani
pengaruh inflasi. Perusahaan juga diuntungkan jika menggunakan utang selama
inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum
karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang belanja
ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan
memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi arus
kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk
memperoleh barang dan jasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi
moneter. Karena tidak semua perusahaan memperoleh indeks daya beli kasnnya
sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi alternative yang terbaik.
Laba dan Rugi Modal
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
- Laba
operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi )
- Keuntungan
yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter
dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi
Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan
akuntansinya sulit.
Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri
Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak
perusahaan yang berada dilingkungan yang mengalami inflasi, apakah manajemen
pertama-tama harus menyajika ulang laporan ini dengan inflasi asing, kemudian
mentranslasikannya kedalam mata uang induk perusahaan? Atau apakah manajemen
pertama-tama harus mentranslasikan laporan yang belum disesuaikan tersebut
kedalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang dengan inflasi di
negara tempat induk perusahaan.
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi
dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen
dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan pengungkapannya biaya
kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan
dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan
jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden (
kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya. Model
biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :
- Sajikan
ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara
spesifik maupun asing, dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan
perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh biaya kini )
- Translasikan
akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen
mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs
valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang )
- Gunakanlah
indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh
perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap
inflasi di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang
disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local
langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi
mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal
suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa
hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak dalam jangka pendek
). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan
ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi
berhubungan secara negatif.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan
antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini
menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan
ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
- Inflasi
Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di
AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
- Kurs
nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00
- Kurs
nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88
- Devaluasi
mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12 %
- Persediaan
dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan
LC240 pada tanggal 31 Desember
- Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga
menurut saya setiap perusahaan yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan
keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika kita ingin
melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai mata
auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu perekonomian
bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga tersebut ada yang
namanya inflasi ( kenaikan harga secara keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan
harga ). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang
dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut
pandang internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat,
Inggris dan Berasil. Dari itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada
Negara Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga Kepemilikan.
Sumber:
http://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2012.International Accounting Edisi 6 Buku 1.Jakarta:Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar