Kamis, 01 Mei 2014

BAB VI. Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga

A. DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun menguat atau melemah.  Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Perubahan harga khusus dimulai ketika harga barang atau jasa tertentu berubah seiring naik turunnya permintaan dan penawaran. Inilah yang menyebabkan tingkat rata-rata inflasi pertahun dari suatu negara mencapai 5%, sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar sama dinegara itu meningkat sebesar 50%.
Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.

B. DAFTAR ISTILAH AKUNTANSI INFLASI
  • Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
  • Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
  • Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
  • Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
  • Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
  • Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
  • Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
  • Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
  • Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
  • Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
  • Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
  • Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
  • Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
  • Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena terdapatnya aktiva moneter selama periode inflasi.
  • Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
  • Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
  • Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
  • Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
  • Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap dimasa depan seperti uang muka pelanggan.
  • Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
  • Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
  • Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan jasa.
  • Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
  • Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
  • Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
  • Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi disebuah lingkungan berinflasi.
  • Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang dengan inflasi lokal, kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
  • Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
  • Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
C. LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran dan dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
  • Kenaikan dalam proporsi pajak
  • Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham
  • Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja
  • Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar )
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah ( yaitu daya beli perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
  1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
  2. Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
  3. Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta. Disamping itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga umum tidak banyak berubah.

D. JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.

E. PENYESUAIAN TINGKAT HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini ( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.

Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q/ Jumlah p0q dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive pada akhir tahun 1 ( tahun dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun 3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ), maka indeks tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.

Penggunaan Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL    = indeks harga umum
c          = periode kini
td         = tanggal transaksi
PPE     = ekuivalen daya beli umum
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi semua dilakukan secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365 perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
GPLc / GPLtd x Pendapatan Total = PPEc

Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga dibawah posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan tambahan oleh pemilik selama periode tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga yang stabil maka perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.

F. PENYESUAIAN BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

Biaya Kini Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen pada daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :

  • Persediaan: Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.
  • Harga Pokok Penjualan: Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
  • Aktiva Tetap: Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai dengan tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
  • Depresiasi: Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.
  • Penyajian ulang ekuitas pemegang saham: Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.
  • Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham: Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
  • Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter: Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
  • Akumulasi hasil moneter ekuitas: Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
G. SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam. Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh beberapa negara.

Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
  1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
  2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
  3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya beli tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping sebagai cikal bakal standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terkini:
  • Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
  • Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
  • Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
  • Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
  • Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
  • Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
  • Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
  • Deviden per saham biasa
  • Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
  • Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun),  (2) Dollar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda secara signifikan dari laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.

INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC ) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
  1. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
  2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
  1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
  2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
  3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal kerja yang digunakan dalam operasi bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh indeks harga khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.

BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu, pendekatan yang dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, Undang-Undang perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal. Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap kedalam biaya pengganti kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah yang mesti ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi inflasi. Penyesuaian aset permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya beli, yang tercermin dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal kerja.

H. BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan pelapor juga harus mengungkapkan :
  1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah dilakukan
  2. Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini)
  3. Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama tahun pelaporan
  4. Laba atau rugi moneter bersih tahun berjalan
I. HAL-HAL TERKAIT INFLASI
Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan inflasi :
  1. Apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar tetap atau biaya kini
  2. Perlakuan akuntansi untuk laba dan rugi inflasi
  3. Akuntansi inflasi asing
  4. Pengaruh gabungan dari tingkat inflasi dan bursa efek
Laba dan Rugi Inflasi
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas, utang, dan piutang) merupakan isu controversial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik diberbagai negara menunjukkan keragaman yang penting dalam hal ini.
Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk utang jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus ( dan bukan umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi. Perusahaan juga diuntungkan jika menggunakan utang selama inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak diukur dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang belanja ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan jasa tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan memperoleh indeks daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi alternative yang terbaik.

Laba dan Rugi Modal
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
  1. Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi )
  2. Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi
Pengukuran laba modal mudah dilakukan, namun perlakuan akuntansinya sulit.

Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri
         Ketika hendak mengonsolidasikan laporan anak perusahaan yang berada dilingkungan yang mengalami inflasi, apakah manajemen pertama-tama harus menyajika ulang laporan ini dengan inflasi asing, kemudian mentranslasikannya kedalam mata uang induk perusahaan? Atau apakah manajemen pertama-tama harus mentranslasikan laporan yang belum disesuaikan tersebut kedalam mata uang induk perusahaan, kemudian menyajikan ulang dengan inflasi di negara tempat induk perusahaan.
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :
  • Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara spesifik maupun asing, dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh biaya kini )
  • Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang )
  • Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
  • Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
  • Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00
  • Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88
  • Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12 %
  • Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember
  • Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap perusahaan yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga Kepemilikan.

Sumber:
http://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2012.International Accounting Edisi 6 Buku 1.Jakarta:Salemba Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar